Bagaimana Cara Menentukan Franchise Fee? Pemilik bisnis Franchise Wajib Mengetahui 2 Poin ini
Bagaimana cara menentukan franchise fee di bisnis waralaba atau biaya waralaba sangat penting untuk kerjasama bisnis. Penentuan untuk biaya franchise fee tidak dapat asal-asalan dan tanpa pertimbangan oleh pemilik franchise. Sehingga, pemilik franchise perlu melakukan perhitungan yang sesuai serta memperhatikan poin-poin apa saja yang akan mempengaruhi nilai.
Franchise Fee adalah biaya yang harus dibayarkan oleh mitra atau franchisee kepada franchisor atau pemilik waralaba sebagai imbalan karena telah memberi izin penggunaan merek, sistem ini dimiliki oleh pemilik franchise selama masa kerjasama waralaba berlangsung.
Dari pengertian diatas jelas, bahwa penentuan franchise fee antara lain ditentukan dari beberapa poin.
Pertama, seberapa kuat merek bisnis franchise di mata konsumen? Semakin kuat merek bisnis franchise berarti semakin unggul dan dapat bersaing dengan restoran yang sejenis. Dalam menghadapi persaingan, salah satu kunci bersaing yang jitu selain inovasi dan differensiasi, adalah dengan service excellence atau pelayanan prima. Sebagai alat untuk bersaing, service excellence wajib diterapkan oleh semua bisnis yang memiliki sistem franchise di berbagai industri.
Service excellence adalah kondisi dimana pelanggan merasa sangat puas dan memiliki persepsi ‘yang terbaik’ secara total terhadap suatu produk atau jasa, dan nyaris tanpa keluhan alias ‘zero-complaint’.
Bagaimana membangun service excellece di waralaba?
tentu saja itu bukan hal yang mudah. Namun bisa dibangun dengan proses, kuncinya mulai dari CEO, karyawan hingga office boy harus punya filosofi yang sama untuk memberikan service prima dan jiwa yang sama-sama membangun.
Ada enam tahap ketika ingin membangun service excellence di bisnis waralaba?
Pertama, perusahaan harus mencerminkan dan menjadikan service excellent sebagai value dari brand. Value itu harus disosialisasikan secara jelas kepada semua karyawan.
Kedua, perusahaan harus melakukan training tentang ‘mindset dan skill melayani’ kepada semua karyawan tanpa terkecuali mulai dari level CEO hingga karyawan terbawah sekalipun.
Ketiga, perusahaan harus membuat service plan, yaitu rencana program pelayanan yang diinginkan dan membuat SOP pelayanan customer.
Keempat, perusahaan harus melakukan evaluasi SOP dan penilaian kerja karyawan atas pelayanan yang dilakukan.
Kelima, menjalankan sistem kontrol pelayanan agar semua ‘titik pelayanan’ tidak ada yang melengceng di luar standard baku.
Keenam, selalu mendengarkan keluhan dan masukan customer dengan beberapa tools.
Konsumen juga akan lebih memilih makan di tempat milik kita, karena merek yang dibeli sudah terkenal dan layanan yang diberikan juga terbukti memberikan service excellent. Mitra yang “membeli” waralaba dengan merek yang sudah terkenal akan berpeluang lebih besar untuk berhasil. Otomatis risiko kegagalannya pun rendah dan profitabilitasnya tinggi karena telah menerapkan poin tersebut. Kondisi seperti ini membuat Mitra akan bersedia membayar Franchise Fee yang lebih tinggi dibandingkan dengan waralaba ‘kemarin sore’ yang mereknya relatif belum terkenal dan layanannya kurang prima.
Poin kedua agar memudahkan cara menentukan franchise fee di bisnis waralaba telah terbukti, yaitu akan membuat Mitra rela membayar Franchise Fee lebih tinggi kepada pemilik bisnis franchise dibandingkan dengan Franchise yang belum terbukti.
Cara yang paling sederhana untuk melihat suatu sistem bisnis franchise yang terbukti adalah melihat berapa lama bisnis tersebut sudah berdiri dan bagaimana perkembangannya dari tahun ke tahun, apakah semakin banyak cabangnya dan tetap eksis. Sistem bisnis franchise yang terbukti akan terbukti bertahan dan terus berkembang bahkan setelah sekian lama berdiri.
Berdasarkan pengertian awal mengenai Franchise Fee yang berarti biaya untuk menggunakan merek dan sistem maka jelas Franchise Fee diperuntukkan sebagai biaya untuk dapat mempergunakan merek dan sistem tersebut; antara lain :
Berdasarkan pengertian Franchise Fee yaitu berarti biaya untuk menggunakan merek dan sistem bisnisnya, maka jelas Franchise Fee diperuntukkan sebagai biaya untuk dapat mempergunakan merek dan sistem tersebut; antara lain :
• Biaya “menyewa” alias menggunakan merek selama masa kerjasama (kata “menyewa” masih lebih tepat daripada “membeli” merek karena kenyataannya tidak ada kepemilikan merek yang berpindah. Mitra hanya diizinkan untuk menggunakan sementara kepemilikan merek tetap ditangan Franchisor).
• Biaya pelatihan mengenai sistem tersebut. Mencakup diantaranya pelatihan secara teknis/operasional untuk karyawan, pelatihan manajemen bagi Mitra, dsb.
• Biaya untuk dapat mengakses semua standar operasional (manual book) yang terdokumentasi.
• Biaya untuk mengakses semua bahan baku yang disediakan oleh Franchisor atau akses langsung ke supplier Franchisor sesuai dengan kesepakatan kerjasama.
• Biaya untuk mendapatkan inovasi, kreasi, atau pengembangan hasil riset terbaru dari Franchisor.
Pada umumnya, yang akan didapat Mitra dari pembayaran Franchise Fee ini bersifat intangible, namun di Indonesia pada umumnya banyak pemilik waralaba atau franchisor yang membundel (bundling) Franchise Fee ini dengan kontraprestasi yang tangible dalam bentuk “paket waralaba”. Contoh yang paling umum untuk layanan paket waralaba seperti pada paket Franchise/Kemitraan/BO berbentuk booth atau gerobak.
Nah, seringkali pemilik waralaba tersebut memberikan “paket waralaba” seharga sekian rupiah, sudah termasuk gerobak, peralatan masak, dsb. Namun disisi lain pemilik franchise atau pemilik waralaba sudah tahu bagaimana cara menentukan franchise fee yang ideal.

