Jaeger LeCoultre Reverso Horse Melalui 80 Jam Ukiran Tangan Sampai Jadi Karya Seni

Seni & Spirit Tahun Baru Imlek 2026

Surabaya, StartFriday.Asia - Untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2026, Jaeger-LeCoultre memperkenalkan karya luar biasa: Reverso Tribute Enamel ‘Horse’. Dirancang untuk menghormati shio Kuda, jam ini membawa simbol keberanian, energi, serta karakter independen yang melekat pada shio tersebut. Perilisannya bukan hanya momentum budaya, tetapi deklarasi bahwa horologi mampu berbicara lewat makna dan emosi, bukan sekadar mekanik waktu.

Peluncuran ini juga menjadi bukti bahwa Jaeger-LeCoultre masih mampu mempertahankan relevansi loh Fripipel! Di era yang sekarang, dimana fungsi jam udah bisa digantikan gawai digital, Jaeger-LeCoultre justru memperkuat sisi seni dan makna budaya. Reverso Tribute Enamel ‘Horse’ berdiri sebagai pengingat bahwa jam tangan masih memiliki kapasitas untuk bercerita, menyimpan sejarah, sekaligus mengekspresikan identitas pemiliknya. Fripipel bakal ngerasain “khas” yang nggak hilang dari brand ini.

Lebih jauh daripada sekadar jam bertema, edisi ini memberi warna baru bagi pasar kolektor Asia. Dengan populasi penggemar shio yang luas—terutama di China dan Asia Tenggara—Jaeger-LeCoultre berperan sebagai jembatan antara haute horlogerie Eropa dengan tradisi Timur. Inilah dialog budaya yang dibalut logam dan waktu. Bener-bener mikirin konsep secara mateng, nggak asal keluarin sesuatu, keren banget ya?

Karya Ukiran Métiers Rares™ yang Mendekati Kesempurnaan

Mesin seni utama jam ini terletak pada proses pengukirannya. Menggunakan teknik langka bernama modelled engraving, para artisan Métiers Rares™ mengerjakan setiap relief kuda secara manual. Dengan 10 jenis pahat berbeda, mereka memahat logam seolah membentuk patung mikroskopik. Kesalahan sedikit saja membuat keseluruhan proses harus diulang dari awal. Itulah sebabnya, setiap jam Jaeger-LeCoultre menjadi unik, tidak ada dua yang benar-benar sama. Bayangin, definisi limited yang sesungguhnya beneran ada di brand ini!

Kuda pada caseback terlihat seakan sedang keluar dari awan emas; tubuhnya detail, ototnya timbul, teksturnya hidup. Surai dan ekornya dilukis menggunakan rhodium hitam untuk memberi kedalaman visual. Teknik ini bukan hanya estetika, tetapi simbol penghargaan terhadap tradisi seni klasik. Dari dekat, ukiran ini terasa seperti karya museum yang dilekatkan ke dalam objek fungsional. Jaeger-LeCoultre nggak cuma sekedar seni yang diciptain, tapi juga khas yang nggak bisa ditemuin dimanapun.

Lapisan background hitam enamel mengangkat dramatisasi gambar kuda tersebut. Ketika terkena cahaya, permukaannya memantulkan dimensi berbeda—tekstur berpasir pada awan dan efek metalik rhodium menambah kilau. Hasil akhirnya memadukan keheningan, kekuatan, dan kesan spiritual yang kental: benar-benar seperti lukisan hidup.

Baca Juga: Jaquet Droz Rolling Stones Dipastikan Jadi Jam Amal Paling Dicari, Kenapa bisa?

Jam Tangan Jaeger-LeCoultre Reverso Horse Watches

Email Grand Feu: Kecantikan Hitam yang Mustahil

Pada bagian depan, Jaeger-LeCoultre tampak sederhana dengan dial hitam pekat. Namun proses di balik warna itu sangat kompleks: Grand Feu enamel merupakan teknik pembakaran berulang dengan suhu ekstrem yang dapat membuat email retak kapan saja. Untuk menghasilkan warna hitam yang solid dan flawless seperti ini, butuh lebih dari 24 jam proses pembakaran bertahap nonstop. Nggak main-main ya bikinnya.

Kesulitan utama terdapat pada konsistensi warna: depan dan belakang dial perlu memiliki tone hitam yang sama. Jika sedikit saja berbeda, seluruh proses diulang. Inilah alasan mengapa teknik Grand Feu hampir punah, dan hanya sedikit pembuat jam di dunia yang masih mempertahankannya. Jaeger-LeCoultre bukan hanya produk mewah, tapi juga bentuk pelestarian ilmu seni berusia berabad-abad.

Dial hitamnya memberi ilusi kesederhanaan. Namun, minimalisme ini sengaja dipilih untuk menonjolkan ukiran di belakang—konsep desain yang menghormati filosofi Yin-Yang: keseimbangan antara keheningan dan ekspresi. Dalam industri yang sarat ornamen berlebihan, kesunyian visual seperti ini terasa lebih mewah.

Email Grand Feu: Kecantikan Hitam yang Mustahil

Reverso Tribute Enamel ‘Horse’ menggunakan calibre 822, mesin manual winding berbentuk persegi panjang. Keunikan bentuk ini bukan hanya estetika, tapi dibuat untuk mengikuti siluet khas case Reverso. Dalam ranah horologi modern, movement non-bulat merupakan tantangan luar biasa: fitting, distribusi roda gigi, dan stabilitas harus dirancang dari nol.

Mesin ini hadir dengan ketahanan tinggi dan finishing halus: chamfering, Geneva stripes, dan sapphire back interior yang menegaskan kualitas manufaktur Jaeger-LeCoultre. Selain itu, mesin manual ini memberi pengalaman teatrikal pada pemiliknya. Memutar crown menjadi ritual harian—menyambungkan manusia dan mesin dalam dialog waktu.

Kaliber 822 juga menegaskan identitas Reverso sebagai jam low-beat klasik; ketukannya lebih lambat dari kebanyakan jam modern sehingga memberi visual detak yang lebih lembut. Melihat mesin ini bekerja mengingatkan bahwa waktu bisa dinikmati perlahan.

Flashback: Evolusi Reverso dari Pelindung Hingga Kanvas Seni

Reverso pertama kali dirancang pada 1931 untuk pemain polo. Case-nya dapat dibalik untuk melindungi dial dari benturan keras. Pada masa itu, ini adalah solusi revolusioner yang mengubah konsep jam tangan olahraga. Namun siapa sangka fitur proteksi ini kemudian berubah menjadi kanvas seni bagi pemilik jam.

Di era berikutnya, bagian belakang case mulai diukir dengan inisial, lambang keluarga, hingga motif enamel penuh warna. Dari sinilah konsep Reverso sebagai jam seni lahir. Kini, fungsi proteksi bukan lagi tujuan utama; yang dipertahankan adalah ruang personalisasi untuk mengekspresikan identitas.

Tradisi kreativitas ini menjadi jantung koleksi baru Reverso. Edisi Horse adalah lanjutan narasi tersebut: dari pelindung dial menuju museum mini di pergelangan tangan. Reverso berhasil bertahan hampir satu abad tanpa kehilangan relevansi—sesuatu yang tidak banyak dimiliki model jam lain.

Mini Masterpiece di Pergelangan Tangan

Reverso Tribute Enamel ‘Horse’ menyatukan sejarah, seni, mekanisme unik, serta simbol budaya Asia dalam satu objek. Ini jam yang menceritakan perjalanan waktu—secara harfiah dan metaforis.

Edisi ini tidak hanya menarik bagi kolektor horologi kelas dunia, namun juga bagi mereka yang memahami nilai budaya shio Kuda. Gabungan enamel Grand Feu, ukiran Métiers Rares™, dan movement khas Reverso menjadikannya sebuah karya seni yang bisa diwariskan lintas generasi. Jika ada jam yang menegaskan bahwa horologi masih mampu menggugah rasa takjub di era digital, maka Jaeger-LeCoultre jawabannya.

Baca Juga: Masih Nyebut iWatch? Ini Alasan Apple Watch Jadi Pilihan Banyak Orang

Next
Next

Personal Branding Alexander Tedja Pendiri Pakuwon Group