Personal Branding "Aguan" Sugianto Kusuma, Chairman dan Founder Agung Sedayu Group (ASG)
Langkah Awal yang Lahir dari Keadaan
Surabaya, StartFriday.Asia - Ada dua peristiwa penting yang mempercepat langkah Aguan Sugianto Kusuma meninggalkan kampung halamannya di Palembang menuju Ibu Kota. Pertama, sekolah tempat ia menimba ilmu, Chikang Zhongxue—salah satu sekolah menengah Tionghoa utama di Indonesia—terpaksa tutup. Kedua, situasi itu membuat Aguan Sugianto Kusuma semakin banyak menghabiskan waktu bermain dan membantu orang tuanya di toko, hingga muncul kekhawatiran bahwa semangat sekolahnya mulai memudar.
Kebiasaan Aguan Sugianto Kusuma membantu usaha keluarga sebenarnya membentuk karakter kerja sejak dini. Ia terbiasa menerima uang jajan seadanya dari hasil membantu di toko, belajar menghadapi pelanggan, serta memahami ritme usaha kecil secara langsung. Namun, bagi orang tuanya, rutinitas itu justru menjadi sinyal bahwa sang anak membutuhkan arah baru agar masa depannya lebih terarah.
Pada 1965, keputusan besar pun diambil. Aguan Sugianto Kusuma, yang saat itu baru berusia 15 tahun, dikirim ke Jakarta untuk tinggal bersama pamannya. Bagi keluarga, langkah ini dianggap sebagai jalan terbaik agar ia bisa belajar mandiri, mengenal dunia usaha secara lebih serius, dan menempa mental di kota yang penuh peluang sekaligus tantangan.
Belajar dari Nol di Mangga Dua
Setibanya di Jakarta, Aguan Sugianto Kusuma tidak langsung menempati posisi istimewa. Pamannya memiliki toko di kawasan Mangga Dua yang bergerak di bidang ekspor-impor barang kelontong, dan di sanalah ia mulai belajar kehidupan kerja yang sesungguhnya. Tugasnya sederhana: menyapu, menjaga gudang, mengantar barang, menagih pembayaran, hingga mengurus delivery order.
“Waktu itu saya masih 15 tahun. Bisa apa sih? Paling juga nyapu, jaga gudang, kirim surat, nagih utang,” kenangnya dalam wawancara bersama Fortune Indonesia. Namun justru dari pekerjaan-pekerjaan kecil itulah Aguan Sugianto Kusuma mulai memahami ritme perdagangan dan pentingnya relasi dalam dunia usaha.
Lingkungan Mangga Dua membentuk insting bisnisnya sejak dini. Aguan Sugianto Kusuma belajar mengenali karakter pelanggan, memahami alur barang, serta membangun jejaring secara alami. Pengalaman lapangan ini menjadi fondasi penting yang kelak membentuk gaya kepemimpinan dan naluri bisnisnya di kemudian hari.
Agung Sedayu: Nama, Nilai, dan Visi Kehidupan
Nama Agung Sedayu bukan sekadar identitas perusahaan, melainkan refleksi nilai yang diyakini Aguan Sugianto Kusuma. Kata “Agung” merepresentasikan kebesaran dan kemegahan, sementara “Sedayu” menggambarkan keindahan, keteduhan, dan kedamaian. Filosofi ini menjadi dasar dari setiap proyek yang dibangun di bawah naungan Agung Sedayu Group (ASG).
Bagi Aguan Sugianto Kusuma, properti bukan hanya soal bangunan fisik, tetapi tentang menciptakan ruang hidup yang berkualitas. Ia ingin setiap proyek membawa nilai tambah bagi penghuninya—baik dari sisi kenyamanan, fungsi, maupun keberlanjutan. Karena itu, ASG selalu mengedepankan konsep terintegrasi dengan fasilitas lengkap dan inovatif.
Visi tersebut perlahan membentuk identitas kuat Agung Sedayu sebagai pengembang yang tak hanya membangun gedung, tetapi juga ekosistem kehidupan. Dari hunian, area komersial, hingga ruang publik, semuanya dirancang untuk mendukung kualitas hidup masyarakat urban yang terus berkembang.
Baca Juga: Personal Branding Hendri Mulya Syam Direktur Utama Telkomsel
Membangun Imperium Properti Terintegrasi
Sejak 1971, Agung Sedayu Group terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Kini, perusahaan ini menaungi lebih dari 56 jenama properti yang tersebar di Jakarta dan kawasan penyangganya. Portofolionya mencakup kota mandiri, superblok, hunian vertikal dan horizontal, perkantoran, kawasan komersial, industri, hingga perhotelan dan resor.
Proyek-proyek ikonis seperti Green Lake City, Sedayu City Kelapa Gading, serta Pantai Indah Kapuk (PIK 1 dan PIK 2) menjadi contoh nyata pengembangan kawasan terpadu berskala besar. Di sektor superblok dan pusat bisnis, ASG menghadirkan District 8 SCBD, Menara Jakarta Kemayoran, Kelapa Gading Square, hingga Fatmawati City Center.
Tak hanya itu, portofolio ASG juga merambah sektor gaya hidup dan hospitality melalui The Langham Jakarta, Swissôtel Jakarta PIK Avenue, The Botanica Sanctuary, dan Pesona Alam Resort & Spa. Sementara di sektor ritel dan komersial, hadir Mall of Indonesia, ASHTA District 8, PIK Avenue, Central Market PIK, Batavia PIK, hingga Indonesia Design District yang menjadi pusat kurasi desain nasional.
Ekosistem Lengkap untuk Masa Depan Berkelanjutan
Di luar properti konvensional, Aguan Sugianto Kusuma juga mengembangkan fasilitas pendukung gaya hidup modern dan berkelanjutan. Mulai dari Sedayu Indo Golf berstandar internasional 18-hole, The Club yang mencakup daycare, nursing home, hingga clubhouse, sampai kawasan industri Green Sedayu Bizpark sebagai penopang aktivitas bisnis.
Langkah ini menunjukkan bagaimana ASG membangun ekosistem yang menyentuh berbagai fase kehidupan: dari keluarga muda, profesional, hingga lansia. Setiap proyek dirancang agar saling terhubung dan mendukung kebutuhan jangka panjang masyarakat urban.
Melalui pendekatan ini, personal branding Aguan Sugianto Kusuma terbentuk kuat sebagai sosok visioner yang membangun bukan hanya properti, tetapi peradaban kecil di dalam kota. Dari seorang remaja perantau yang belajar menyapu gudang, ia tumbuh menjadi figur sentral di balik lanskap urban modern Indonesia.
Baca Juga: Personal Branding Willson Cuaca Co-founder and Managing Partner East Ventures

